Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan peri-lakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejah-teraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU. No. 23/1997). Lingkungan hidup dalam
pengertian ekologi tidaklah mengenal batas wilayah baik wilayah negara maupun
wilayah administratif, akan tetapi jika ling-kungan hidup dikaitkan dengan
pengelolaannya maka harus jelas batas wilayah wewenang pengelolaan tersebut.
Peranan lingkungan dalam perkembangan ekonomi masyarakat sanget penting
karena mengingat asal sumber daya alam adalah di lingkungan, sehingga muncul
apa yang dikenal dengan limited growth
(pertumbuhan yang terbatas) dan karena apa limited
growth menjadi unlimited growth
(pertumbuhan tidak terbatas), karakteristik sumberdaya alam dan munculnya
masalah lingkungan. Materi mencakup pengertian
tentang limited melawan unlimited growth, karakteristik
sumberdaya alam, pengaruh lingkungan dalam pembangunan ekonomi. Salah satu isu
global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah
masalah lingkungan, environmental problems. Masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, dan pemerintah baik negara maju maupun berkembang telah dan terus
memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan. Disadari bahwa pengelolaan
sumberdaya alam, natural resources yang berorientasi pada ekonomi tidak
saja membawa efek positif, tetapi juga dampak negatif bagi umat manusia.
Bolongnya
lapisan ozon dan peningkatan panas global, global warming, menyebabkan
perubahan iklim climate change merupakan contoh nyata dampak pengelolaan
lingkungan yang ekploratif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, economic
growth yang setingginya. Belajar dari pengalaman masa lalu dan fakta yang
ada saat ini, maka baik negara maju maupun negara berkembang pada tahun 1987
melalui World Commission on Environment and Development (Brundtland
Commission) dalam bukunya Our
Common Future mencoba memperkenalkan konsep pembangunan yang
disebutnya pembangunan berkelanjutan, sustainable development yaitu
suatu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka. Konsep ini
mengamanatkan agar dalam pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di negara masing-masing tidak hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi semata tapi juga secara sadar dan rasional benar-benar
memperhatikan kelestarian ling-kungan serta tetap memperhatikan kebutuhan
sekarang dan generasi yang akan datang. Beberapa penyebab munculnya masalah
lingkungan, menurut Yakin (1997) karena pembangunan ekonomi yang
menitikberatkan pada pertumbuhan yang sering bertentangan dengan prinsip
pelestarian lingkungan, sehingga antara pembangunan ekonomi dan lingkungan terkesan
kontradiktif. Selanjutnya Soerjani (1987) menambahkan bahwa penyebab munculnya
masalah lingkungan karena aktivitas manusia dan secara alamiah.
Umum diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh umat
manusia memiliki dampak pada lingkungan hidup. Khususnya, kegiatan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk yang pesat telah memberikan tekanan pada keseimbangan alam
hingga mengakibatkan kerusakan pada lingkungan hidup. Juga penting diperhatikan
bahwa kerusakan dan menurunnya kualitas lingkungan hidup memiliki dampak pada
kehidupan manusia. Berikut ini beberapa kasus penurunan kualitas lingkungan
hidup yang menjadi soroton para ahli lingkungan hidup di seluruh dunia. Menurut David Ricardo
manusia akan selalu menggunakan sumber daya alam yang paling tinggi kualitasnya
kemudian baru beralih kekualitas yang rendah.
Dalam
konteks pengelolaan lingkungan hidup, permasalahan lingkungan muncul
sebagaimana dikemukakan di atas adalah akibat kebijakan pembangunan yang terlalu
menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi serta akibat ulah manusia selain
terjadi secara alamiah. Dampak negatif yang dapat dilihat dan dirasakan oleh
masyarakat antara lain: (1) Pencemaran akibat aktivitas industri dan
transportasi, baik limbah cair, bahan beracun berbahaya (B3), CO2
dari kendaraan bermotor. (2) Makin bertambahnya luas lahan kritis karena
pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali, menyebabkan penurunan
produksi, erosi, banjir, sedimentasi, dan kekeringan. (3) Plasma nutfah, flora dan fauna langka dan penting terancam punah. (4) Muncul lingkungan
kumuh dan masalah sosial baru diperkotaan akibat urbanisasi. (5) Kemampuan
kelembangaan masih sangat terbatas, terutama koordinasi antar sektor, antar
daerah maupun antar golongan masyarakat dalam menyelesaikan masalah lingkungan
hidup di lapangan. (6) Perangkat hukum, sumberdaya manusia dan peran masyarakat
masih sangat lemah. (7) Kerusakan terjadi sebagian besar pada hutan mangrove
dan terumbu karang. (8) Konversi lahan subur menjadi fungsi lain yang tidak
sesuai. (9) Informasi sumberdaya alam dan lingkungan relatif masih sangat
kurang.
Alam dan Lingkungan menjadi aset yang paling dikorbankan
untuk kepentingan akumulasi kapital bagi kepentingan negara maju karena apa
yang dihasilkan oleh alam di negara berkembang memang terlihat nyata dalam
memberikan daya dukung kehidupan bagi masyarakat di negara maju. Lebih dari
itu, aktivitas industri yang ada ternyata membutuhkan daya dukung alam dan
energi ekstraktif di dalamnya agar proses produksi dapat terus berjalan tanpa
henti. Dan oleh karenanya beragam bahan bakar fosil kemudian diserap dari perut
bumi untuk dapat menggerakan mesin-mesin produksi yang ada.
Ekonom terkemuka, Herman Daly pernah menyatakan dengan sangat lugas bahwa
tidak ada sebuah bangsa yang sejahtera ketika lingkungannya bermutu buruk.
Mengapa demikian? Karena ia melihat bahwa kesejahteraan individual sebagai
puncak dari piramida yang di bagian dasarnya adalah lingkungan. Mutu lingkungan menentukan seperti apa ekonomi berkembang dalam jangka
panjang. Sebuah lingkungan yang buruk mutu-nya mungkin bisa terlihat
menghasilkan kondisi ekonomi yang mentereng, namun itu pasti hanya dalam jangka
waktu yang sangat pendek karena sangat tergantung kepada sumberdaya dari tempat
lain. Kondisi ekonomi akan menentukan
bagaimana kondisi sosial bangsa tersebut. Tak pernah tercatat dalam sejarah
bahwa ada masyarakat yang hidup harmonis satu dengan yang lain manakala
kebutuhan‐kebutuhan ekonominya tak terpenuhi. Ini bukan berarti keharusan bahwa
seluruh masyarakat hidup dalam kondisi berlimpah, namun setidaknya mereka harus
terjamin kebutuhan dasarnya baru kemudian bisa hidup dengan kondisi sosial yang
sehat.
Masyarakat yang kelaparan tidak pernah punya pilihan selain berusaha
merebut sumberdaya yang dikuasai oleh orang lain, dan perebutan sumberdaya baik
yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan maupun keserakahan menjadi dasar hubungan
sosial yang buruk. Di atas itu semua baru terletak kesejahteraan individu.
Karenanya, Daly berpendirian bahwa untuk memastikan kesejahteraan individu,
tidak ada cara yang lain, lingkungan harus dijaga kelestariannya. Kalau
seka-rang sering terdengar ungkapan “keseimbangan” antara ekonomi, sosial dan
lingkungan, sebetulnya itu adalah kompromi politis saja. Bagaimana-pun,
lingkungan adalah yang utama. Ia tak bisa dikorbankan karena ialah yang menjadi
dasar seluruh piramida kesejahteraan. Lingkungan yang memburuk akan
menghasilkan keruntuhan peradaban, demikianlah catatan sejarah di banyak tempat
di muka Bumi ini sebagaimana yang juga ditegaskan oleh Jared Diamond.
Mathis
Wackernagel adalah orang yang berjasa besar mengajari ma-nusia berhitung dengan
cermat soal bagaimana cara hidup sebetulnya bisa diukur untuk dibandingkan
dengan daya dukung Bumi. Lewat konsep jejak kaki ekologis (ecological footprint) ia memperkenalkan perbandingan itu, dan
menghitungnya sejak tahun 1961. Hasilnya benar‐benar menakut-kan. Di tahun 1961 manusia kira‐kira menggunakan sumberdaya yang bisa
disokong oleh separuh Bumi saja. Namun, sekitar tahun 1986, manu-sia benar‐benar menggunakan sumberdaya yang
disediakan oleh sebuah Bumi, dan kini angkanya sudah bertambah setidaknya
seperempat Bumi lagi (Global Footprint
Network, 2007). Ini berarti manusia “sukses” menaik-kan konsumsinya sebesar
dua setengah kali lipat sejak pertama kali jejak kaki ekologis dihitung,
padahal itu belum sampai berjarak setengah abad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar